Huru hara tentang vokasi tak henti – henti, ada pihak yang pro dan kontra itu adalah hal biasa. Karena masing – masing orang punya pendapat yang berbeda dan cara pola berpikir berbeda. Mungkin prodi yang sekarang aku dan teman – temanku duduki salah satu prodi yang kalem kalem saja alias tidak ikut demonstrasi, mungkin kita termasuk spesies yang ingin menuntut hak tapi entah masih kebingungan untuk mencari jalan bagaimana kita menuntut hak kita.
Setelah membaca dari banyak berbagai wacana, muncullah suara hati yang mendalam : oh ya ya,kok serasa di anak tirikan??? Tidak semua mahasiswa yang mengeyam pendidikan di vokasi itu bodoh dan tepatnya gak bisa apa – apa. Tapi ada sebagian kecil kelompok mahasiswa ada yang seperti itu, walaupun seperti itu jangan dipukul rata donk. Menurutku itu tidak adil kalau memandang jangan sebelah pihak saja, kalau pengen tau kemampuan seseorang itu dan sikap seseorang jangan dipandang secara keseluruhan, gak adil banget. Apa mereka – mereka itu juga mau dipandang sama ratanya??? Ya gak mau kan????
Coba mereka mereka itu posisinya tergencet seperti yang dialami rekan – rekan vokasi yang menuntut haknya???Pasti berontak….ga ada yang ga berontak,,,(coba dipikir dan dihayati)
Para dosen pun begito ada yang pro dan kontra,,menurutku bapak dan ibu dosen harusnya mengayomi dan menentramkan hati mahasiswa yang posisinya terdesak. Dukungan dan motivasilah yang diperlukan mahsiswa – mahasiswa itu, tidak malah menambahi manas – manasi. Dosen seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai seorang pengajar yang bijaksana. Walaupun beliau – beliau tersebut tidak setuju diadakannya ekstensi sebaiknya beliau – beliau ini memberikan suatu arahan ke mahasiswanya dengan jalan yang baik. Mahasiswa juga punya hati dan perasaan.
Dan teman – temanku vokasi jangan berhenti belajar, walaupun keputusan dari rector ditiadakan ekstensi di kampus tercinta kita ini, masih banyak kampus lain yang menerima kita. Jalan menuju sukses itu tidak hanya melalui kampus tercinta kita ini. Asalkan ada motivasi dari diri sendiri dan dukungan keluarga serta berdoa, tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Aku berkaca dari kakak – kakak kandungku, nyatanya kakakku yang dulu mengeyam pendidikan D3 di Ugm tepatnya fakultas teknik dan melanjutkan ekstensi di UGM ( waktu itu masih ada ekstensi), bahkan sempat ditawari sebagai dosen di UNDIP, tapi tawaran itu ditolak dan sekarang dia bekerja di pemkot jkt timur serta pernah studi banding keluar negri. Satunya lagi kakakku yang mengeyam pendidikan di UMS fak ekonomi nyatanya bisa kerja di kementrian pendidikan,,so jangan berkecil hati ga ada yang ga bisa,,ayo wujudkan mimpi kita. PTS pun bisa mengahsilkan output yang bagus. Sebernarnya layak atau tidaknya seorang mahasiswa tergantung individunya.
Jangan berhenti belajar dan belajar tanpa harus memperhatikan dimana kita mendapatkan ilmu tapi perhatikanlah seberapa banyak ilmu yang kita dapatkan.
POKOKNYA KITA BUKTIKAN BAHWA KITA BISA,,,,Allah maha adil dan penyanyang. Nasib kita itu ditentukan ALLOH SWT dan kita,,,so jangan pernah lengah dan putus asa.
_tulisan ini hanyalah sebuah apresiasi yang ingin aku luapkan, ga da unsur mnyindir atau apapun
Setelah membaca dari banyak berbagai wacana, muncullah suara hati yang mendalam : oh ya ya,kok serasa di anak tirikan??? Tidak semua mahasiswa yang mengeyam pendidikan di vokasi itu bodoh dan tepatnya gak bisa apa – apa. Tapi ada sebagian kecil kelompok mahasiswa ada yang seperti itu, walaupun seperti itu jangan dipukul rata donk. Menurutku itu tidak adil kalau memandang jangan sebelah pihak saja, kalau pengen tau kemampuan seseorang itu dan sikap seseorang jangan dipandang secara keseluruhan, gak adil banget. Apa mereka – mereka itu juga mau dipandang sama ratanya??? Ya gak mau kan????
Coba mereka mereka itu posisinya tergencet seperti yang dialami rekan – rekan vokasi yang menuntut haknya???Pasti berontak….ga ada yang ga berontak,,,(coba dipikir dan dihayati)
Para dosen pun begito ada yang pro dan kontra,,menurutku bapak dan ibu dosen harusnya mengayomi dan menentramkan hati mahasiswa yang posisinya terdesak. Dukungan dan motivasilah yang diperlukan mahsiswa – mahasiswa itu, tidak malah menambahi manas – manasi. Dosen seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai seorang pengajar yang bijaksana. Walaupun beliau – beliau tersebut tidak setuju diadakannya ekstensi sebaiknya beliau – beliau ini memberikan suatu arahan ke mahasiswanya dengan jalan yang baik. Mahasiswa juga punya hati dan perasaan.
Dan teman – temanku vokasi jangan berhenti belajar, walaupun keputusan dari rector ditiadakan ekstensi di kampus tercinta kita ini, masih banyak kampus lain yang menerima kita. Jalan menuju sukses itu tidak hanya melalui kampus tercinta kita ini. Asalkan ada motivasi dari diri sendiri dan dukungan keluarga serta berdoa, tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Aku berkaca dari kakak – kakak kandungku, nyatanya kakakku yang dulu mengeyam pendidikan D3 di Ugm tepatnya fakultas teknik dan melanjutkan ekstensi di UGM ( waktu itu masih ada ekstensi), bahkan sempat ditawari sebagai dosen di UNDIP, tapi tawaran itu ditolak dan sekarang dia bekerja di pemkot jkt timur serta pernah studi banding keluar negri. Satunya lagi kakakku yang mengeyam pendidikan di UMS fak ekonomi nyatanya bisa kerja di kementrian pendidikan,,so jangan berkecil hati ga ada yang ga bisa,,ayo wujudkan mimpi kita. PTS pun bisa mengahsilkan output yang bagus. Sebernarnya layak atau tidaknya seorang mahasiswa tergantung individunya.
Jangan berhenti belajar dan belajar tanpa harus memperhatikan dimana kita mendapatkan ilmu tapi perhatikanlah seberapa banyak ilmu yang kita dapatkan.
POKOKNYA KITA BUKTIKAN BAHWA KITA BISA,,,,Allah maha adil dan penyanyang. Nasib kita itu ditentukan ALLOH SWT dan kita,,,so jangan pernah lengah dan putus asa.
_tulisan ini hanyalah sebuah apresiasi yang ingin aku luapkan, ga da unsur mnyindir atau apapun